Saturday, 30 July 2016

BANGSA kita TERNYATA pemegang RAHASIA AKHIR JAMAN

 “…sent them away from his son Isaac to the land of the east.” (Genesis 25:6 New International Version)

 Di atas adalah petikan dari Kitab Kejadian dari Kitab Injil yang merupakan penyimpan Rahasia terbesar berkenaan satu bangsa yang bergerak ke dunia Timur  bagi mengembangkan keturunan manusia seperti yang diperintahkan Tuhan.
Bangsa Paling Rahasia inilah yang menurunkan pelbagai bangsa Asia dari tempat asal mereka iaitu Asia Barat dan Asia Tengah di mana dari situlah bermulanya peradaban manusia.
Bangsa ini, yang merupakan pemegang rahasia akhir zaman adalah satu bangsa besar yang pernah membangun kota-kota purba dan menyertai peperangan-peperangan agung sejak surutnya Banjir Besar bersama-sama bangsa agung yang telah pupus seperti Sumerian dan Akkadian. Sesungguhnya kisah pengembaraan bangsa ini merupakan satu epik yang teramat panjang,lebih panjang dari epik Homer,The Iliad and the Odyssey.
Siapakah Bani Jawi?
Apa Misi rahasia Bani Jawi?
Siapakah bani Jawi/Jawa/Melayu?
Darimanakah asalnya Melayu itu?
Ketika ramai ilmuwan memperdebatkan kaum-kaum yang hilang seperti The Lost Tribe of Israel, Atlantis, Lemuria, Sodom and Gomorrah malah masih mencari-cari siapakah Gog and Magog, rahasia bangsa misteri ini masih terpelihara di dalam tabut rahasia sejak beribu-ribu tahun.

Tiada siapa yang tahu dari mana asalnya bangsa ini. Bagaimana bangsa ini boleh wujud di tanah paling selatan benua Asia,’di penghujung dunia’. Bangsa yang hilang masih tidur dan ditidurkan.’Di hujung dunia’,setelah penat mengembara,bangsa misteri berehat dan berehat…tidur dengan lenanya…senyap sunyi tanpa siapa mengganggu walaupun Hitler telah pergi ke Tibet mencari bangsa misteri ini, tetapi dia juga ketinggalan jejak mereka… ……
Dimanakah bangsa misteri ini meneruskan perjalanan mereka?Masih adakah masa lagi untuk menjejaki mereka?Mengapa Israel bersusah-payah membangun pangkalan dan pengaruhnya di Singapura?
Apa kaitan Cina Singapura dengan Yahudi Zionis?
Adakah terdapat apa-apa perancangan ketika Stamford Raffles menjejakkan kakinya di Pulau Singapura?
Apa hubungan Bangsa Melayu dengan Bangsa Yahudi?
Apakah dia alter Paling Rahasia Bangsa Melayu?. Apa yang terjadi 2000 tahun sebelum Masehi di antara Melayu dan Yahudi?
‘Dihujung Dunia’ bangsa ini masih nyenyak tidur!
…J. Crawfurd menambah hujahnya dengan bukti bahawa bangsa Melayu dan bangsa Jawa telah memiliki taraf kebudayaan yang tinggi dalam abad kesembilan belas. Taraf ini hanya dapat dicapai setelah mengalami perkembangan budaya beberapa abad lamanya. Beliau sampai pada satu kesimpulan bahawa:
*Orang Melayu itu tidak berasal dari mana-mana, tetapi malah merupakan induk yang menyebar ke tempat lain….
… Rahasia yang terpendam beribu tahun tentang satu bangsa pengembara yang mencari ‘Tanah yang Dijanjikan’ semakin lama semakin terbongkar dengan penemuan pelbagai artifak yang penuh misteri dan mengundang pertanyaan seperti penemuan keris di sebuah kuil purba di Okinawa Jepun,kendi purba yang sama di Vietnam,Kemboja dan Pahang,penemuan kota purba yang dinamakan Jawi/Jawa di Jordan dan juga penemuan keris purba di Rusia selain gendang Dong Son dan Kapak Tua Asia Tengah yang popular itu. APA MAKSUD KEPADA SEMUA MISTERI INI?….
Penemuan keris di kuil Okinawa, Jepang
An ancient blade of a keris found recently at the royal Enkakuji Temple grounds near the 15th century Shurijo Castle might unravel the ties the Malay world had with these southwestern islands of Japan.
Prof Takara mengatakan Kerajaan Ryukyus ( yg punya kuil) telah melakukan hub,dagang dengan (Thailand), between 1425 and 1570, Malacca (1463-1511), Patani (Southern Thailand) (1490-1543) dan beberapa wilayah di Indonesia (Palembang, Java and Sumatra) dan Cambodia.
Kota kuno Jawa di Jordania
Para arkeolog dgn metode karbon, memperkirakan usia kota tsb adalah 4 milenium sebelum masehi (4000SM), edannn!!!!
http://www.jstor.org/pss/25211540
.. Bangsa terahsia inilah yang menurunkan pelbagai bangsa Asia dari tempat asal mereka iaitu Asia Barat dan Asia Tengah di mana dari situlah bermulanya peradaban manusia….
… Bangsa ini, yang merupakan pemegang rahasia akhir zaman adalah satu bangsa besar yang pernah membina kota-kota purba dan menyertai peperangan-peperangan agung sejak surutnya Banjir Besar bersama-sama bangsa agung yang telah pupus seperti Sumerian dan Akkadian…..
…..Ketika Ptolemy, seorang ahli geografi Yunani melukis peta semenanjung Tanah Melayu,beliau telah menamakan semenanjung ini ‘Golden Chersonese’ yang bermaksud Semenanjung Emas ketika manuskrip-manuskrip India Purba menamakan tanah ini sebagai ‘Suvarnabhumi’ iaitu Tanah Emas.Sebuah manuskrip Yahudi Purba menceritakan sumberbekalan emas untuk membangun negarakota Kerajaan Nabi Sulaiman diambil dari sebuah kerajaan purba di Timur Jauh yang dinamakan Ophir.Kajian dari manuskrip kuno Firaun Mesir dan hieroglif di dinding-dinding kuil telah mendapati bahan pengawet,kapur barus dan rempah-rempah untuk upacara ritual mengawet mayat diimport dari sebuah kawasan di sebelah Nusantara ini.
Apa yang terjadi di Nusantara beribu tahun yang silam?
Benarkah ketika Firaun-Firaun Mesir sedang membangun Piramid,bangsa yang tinggal di Nusantara masih bercawat dan melukis gambar monyet di gua-gua? Nampaknya perdagangan rempah telah berjalan beribu tahun dahulu malah bangsa misteri di Nusantara telah mampu mengeksport emas dikala kerajaan lain hanya mampu memperdagangkan kendi-kendi,gendang dan seramik purba.
ADAKAH SEJARAH YANG KITA BACA SELAMA INI BETUL-BETUL TEPAT?……
… Sesungguhnya kisah pengembaraan bangsa ini merupakan satu epik yang teramat panjang,lebih panjang dari epik Homer,The Iliad and the Odyssey….
…… Di selat Melaka, kedua-dua kumpulan ini bertemu. Kumpulan yang tiba melalui jalan laut (yang banyak menetap di Kepulauan Indonesia) bertemu saudara mereka (kumpulan yang tiba melalui jalan darat-majoriti menetap di Semenanjung ‘Emas’ Tanah Melayu). Mereka adalah serumpun dan bersaudara. Sudah lama (ratusan tahun) mereka terpisah. Mereka berpelukan dan menangis. Ramai yang hadir melihat peristiwa paling bersejarah ini. Mungkin cucu-cicit gadis misteri yang meninggalkan selendang merah tadi ada di situ. Bangsa Keturah telah bersatu di Selat Melaka di ‘Tanah Yang Dijanjikan’ The Land of The East’…….
………. Apakah rahasia bangsa Melayu 2500 tahun dahulu? Apakah yang ditemui oleh rombongan kerajaan Nabi Sulaiman di Nusantara? Apakah perjanjian rahsia para Firaun di The Land of The Gods? ……….
….Anehnya,para Firaun ini mendakwa nenek moyang mereka berasal dari tanah ini,yang digelar…. ‘THE LAND OF THE GODS’
sorry gan isinya cuma saya cuplikan beberapa saja versi lengkapnya panjang banget berupa ebook/buku yg bisa Anda download disini
kalo udah download dan baca ditunggu komentar atau pendapatnya ya?

Melacak Sastra Leluhur: “Sangkan Parane Dumadi” dari Perspektif Spiritual

17MingguMar 2013

Posted by mapblog1 in RENUNGAN
Adakah arti, maksud dan makna dari sangkan parane dumadi yang diucapkan oleh leluhur tempo doeloe? Ya, sangkan parane dumadi itu bahasa Jawa, arti dalam bahasa Indonesia ialah “lepasnya ruh dari jasad”. Sedang arti Arabnya: Sakaratul Maut!
Mengurai topik ini relatif panjang, karena sebelum mencapai fase-fase “warna muka” tatkala seseorang menemui sakaratul maut (sangkan parane dumadi), maka alangkah baiknya jika dibahas perihal RASA dan RUH terlebih dahulu. Inilah penjelasan sederhananya.
Masih ingatkah sastra leluhur yang berbunyi: “wong urip iku bakale nemoni mati” (Orang hidup itu akan menemui kematian)? Ini jelas. Ternyata dasarnya adalah perkataan Tuhan: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan” (Al ‘Ankabuut: 57). Boleh ditarik hikmah disini bahwa local wisdom orang-orang tua dahulu kiranya berbasis agama, bukannya mengada-ada atau lahir atas gothak-gathuk kata dan logika semata. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan” (Al Anbiyaa’: 35).
Kata nemoni di atas, maksudnya adalah perjalanan menuju mati atau kematian. Tuhan berkata: “Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur) – (Ar Ruum: 19).  Kelanjutan rujukan kata nemoni ialah “Kemudian, sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati (Al Mukminuun: 15).
Sekali lagi, luar biasa! Betapa ‘waskita’-nya para leluhur, bahwa setiap kata pun ternyata berbasis atas ayat-Nya, bukan sekedar otak-atik kata serta kalimat belaka. Hampir semua kata per kata memiliki rujukan dan makna.
Lazimnya sakaratul maut atau proses sebelum menjadi mayat —-kelak kita semua bakal menemui—- ada tiga fase, antara lain:
Fase Pertama disebut Turob (turobun) atau lempung (tanah).
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah (turob), kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak” (Ar Ruum: 20). “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk” (Al Hijr: 26).
Tahukah kamu sifat-sifat lempung yang dingin lagi berbau tanah? Maka orang yang akan nemoni mati, niscaya badannya dingin sekali, meskipun dalam kenyataan sehari-hari ada pula yang panas seperti tembikar. Inilah rujukannya: “Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar” (Ar Rahmaan:14). Dengan demikian, ketika menemui suhu baik dingin maupun panas pada manusia tatkala mengalami sakaratul maut maka sejatinya itu merupakan salah satu tanda-tanda bahwa ia akan kembali (nemoni) kepada Zat Asal.
Fase Kedua adalah kembalinya sifat. Dikandung maksud adalah sifatnya kembali lagi sama sebagaimana penciptaan pertama berupa empat rasa.
“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, ……” (Huud: 7). Selanjutnya dijelaskan pada bab Qisosul Anbiyaa’: Maksud enam masa = “6 hari” = 2 hari untuk menciptakan bumi langit, lalu 4 hari untuk menciptakan rasa.
Ya, rasa itu sendiri ada empat meliputi:
1. Syareat.
Syareat itu bahasa Arab, artinya “hukum”. Hukum itu duduknya di lidah. Maksudnya ialah berhentinya segala konsekuensi hukum bagi seseorang. Maka dalam sangkan parane dumadi akan ditandai lidahnya memendek (mengkeret), kecuali kasus kematian sebab gantung diri lidahnya cenderung menjulur dan tidak bergerak. Tidak bergerak diartikan suri atau mati suri.
2. Tarekat.
Seperti di atas, Tarekat itu juga bahasa Arab, arti Indonesianya adalah “jalan”. Maksudnya semua jalan telah tertutup bagi seseorang yang telah berjumpa dengan sakaratul maut yang ditandai dengan mengecilnya telinga. Si Mayat tidak bisa mendengar apapun, yang terdengar hanya bunyi telapak kaki!
“Maka Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling membelakang (Ar Ruum: 52).
3. Hakekat.
Hakekat atau hakiki artinya “benar”. Hal ini dikandung maksud bahwa nafas dan detak jantungnya menghilang. Ditandai dengan hidungnya mengecil atau mengkeret (mingkup). Itu merupakan pertanda bahwa ia sudah dekat dengan kematian.
4. Makrifat.
Makrifat artinya “tahu” (mengetahui). Duduknya di mata. Maka dalam sakaratul maut ditandai dengan mata = tahu, mengetahui sesuatu bahwa sudah dekat dengan kematiannya. Entah membelalak, pupilnya mengecil dll.
Fase Ketiga adalah jisim latief. Itu juga bahasa Arab, arti Indonesianya adalah jasad halus. Bahasa Jawanya sukma. Di dalam sukma ada ruh, ruhul kudus (ruh yang suci)/ruh yang pertama atau pemberian pertama dari Tuhan. Sukma berhubungan erat dengan jasad, juga sangat dekat dengan ruh. Ruh itu sangat dekat Allah. Rujukannya adalah:
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir” (Az Zumar: 42).
Sebagai contoh penggambaran bahwa sukma sangat dekat dengan jasad (anggota badan), ketika mimpi berkelahi maka jasad pun mengikuti. Contoh lain kedekatan sukma dengan ruh (jiwa) manakala mimpi bertemu dengan ruh-ruh pendahulu, lalu kita memaknai sebagai “petunjuk”, misalnya mimpi gigi rontok, tak lama kemudian ada yang meninggal dan lainnya. Sedangkan contoh ruhul kudus sangat dekat dengan Allah, inilah mimpi yg benar. Dan itupun berulang. Ingat kisah Nabi Ibrahim yang hendak menyembelih Ismail, ia mimpi berulang-ulang dan sama. Juga ketika Nabi Muhammad bermimpi mau menyerang Roma, itu ternyata benar adanya!
Apakah ini yang disebut makrifat (tahu) sejati? Entahlah. Tapi orang-rang Jawa menamai sebagai “waskita”. Maksudnya tahu (mengetahui) duluan sebelum suatu kejadian datang. Hendaklah setiap kamu mengetahui, apa yang harus dikerjakan hari esok!
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al Hasyr: 18).
Itulah uraian sekilas lagi sederhana perihal fase-fase warna muka, ruh dan rasa yang seringkali kita abaikan dalam proses nemoni mati, atau sakaratul maut. Masih terkait judul catatan sederhana ini, menguak ujaran leluhur soal sangkan panane dumadi  ternyata masih terdapat episode yang tidak kalah menarik dari uraian di atas, yaitu episode tatkala manusia hendak dicabut nyawanya oleh malaikat Izroil.
Setidaknya ada lima pertanyaan dari Izroil sebelum ia mencabut nyawa manusia, antara lain adalah sebagai berikut:
Pertanyaan Pertama. “Hay, ini hari berpisah, siap atau tidak?”. Seandainya seseorang tidak siap menghadapi kematian akan terlihat matanya melotot. Rujukannya adalah: “Dan janganlah sekali-kali kamu mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak (QS. Ibrahim: 42);
Pertanyaan Kedua. “Hari ini berpisah antara kawin dan zinah”. Maka kalau sering berzinah mukanya bakal terlihat hitam. Dasarnya jelas, yakni: “Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?” (Az Zumar: 60).
“Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih” (Az Zukhruf: 17).
Pertanyaan Ketiga: “Hay, hari ini perpisahan antara anak dan istri, sudah siapkah?”. Apabila seseorang berat meninggalkan anak istri mukanya akan terlihat biru. Rujukannya juga jelas dan tegas: “(yaitu) di hari (yang di waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram (Thaahaa: 102).
Pertanyaan Keempat: “Ini hari perpisahan, siapa yang bisa menolong kamu? Buktikan!”. Dan kalau tidak bisa membuktikan matanya merah. Pijakannya terang dan gamblang: “ .. pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): “Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah adzab disebabkan kekafiranmu itu” (Ali Imron: 106).
Pertanyaan Terakhir (Kelima). “Hay, hari ini hari perpisahan, apakah kamu tahu tempatnya? Modal apa kamu di alam barzah? Amalmu”. Maka jika amalnya kosong Si Fulan bakal menjerit. Sebagaimana bunyi ayat-Nya: “Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang shaleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang dzalim seorang penolongpun. (Faathir: 37).
Setelah melemparkan kelima pertanyaan di atas, maka Izroil pun mencabut nyawa manusia, maka inilah yang disebut sangkan parane dumadi, atau lepasnya ruh dari jasad. Namanya almarhum. Dan setiap jiwa yang sudah menemui maut, niscaya akan menembus alam kubur. Pertanyaannya, bagaimana kalau kalau dimumi (diawetkan)?
Kubur itu bahasa Arab, arti Indonesianya adalah alam yang luas. Dan pada alam luas disana, ada namanya “alam misal” (perumpamaan). Itu disediakan bagi orang-orang meninggal dunia tetapi sebenarnya belum waktunya. Seperti mati tabrakan, gantung diri, dibunuh dll. Di tempat misal tersebut, mereka masih diberi rezeki sama sebagaimana hidup di dunia dan berjalan-jalan di antara manusia.
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan” (Al An’aam: 122).
Bagi orang-orang yang Jihad (bersemangat) menemui Tuhannya, mereka itu masih dalam keadaan hidup. Akan menembus alam Jabarut (alam yang gagah = kesendirian). Disana juga diberi rejeki.
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki” (Ali Imran: 169)
Adapula yang dapat menembus alam malakut (alam cahaya). Apabila anda bisa bersahabat dengan para makluk di alam malakut, maka mereka bisa hadir di dunia sebagai penolong. Contohnya kisah Nabi Ibrohim, Luth, Muhammad, dll. Rujukannya adalah:
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (Al Anfaal: 9);
“Ingatlah, ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” (Ali Imran :124);
“Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda” (Ali Imran :125).
Mungkin atas permintaan, jadi siapa saja yang mampu menembus alam malakut. Disana tidak ada hijab. Maka manusia akan memiliki kemampuan “luar biasa”. Konon bisa segala bahasa, mengerti ilmu apa saja, dan lainnya. Logikanya, malaikat memang tidak menemui kesulitan bahasa jika bertanya kepada orang (saat sakaratul maut) dari berbagai bangsa? Itu salah satu indikasi sederhananya.
Terimakasih.
—————
M Arief Pranoto
Penulis adalah Research Associate Global Future Institute (GFI)

Soeharto, CIA, Kudeta Bung Karno, dan Mafia UI-Berkerley Univesity

Soeharto, CIA, Kudeta Bung Karno, dan Mafia UI

Indonesia Terjerat Kekuatan Amerika
by Sulaiman Jaya
Keterlibatan AS dalam kupdeta militer yang merangkap di tahun 1965 di Indonesia sudah banyak ditulis. Bung Karno (BK) yang mempunyai visi jauh kedepan sudah menetapkan bahwa Indonesia adalah non blok, mandiri (berdikari), dan tidak mau tergantung pada utang luar negeri (“Go to hell with your aids!”). Sayang sekali, Soeharto dkk. melakukan konspirasi dengan USA (via CIA) menusuk bangsanya sendiri. Negara-negara sahabat Bung Karno, sperti RRC dan India, yang mempunyai prinsip serupa dengan BK dan tidak mempunyai pengkhianat negara semacam Soeharto Cs., saat ini sudah menjadi bangsa yang sehat, normal, bahkan adidaya!
Dalam buku yang ditulis John Pilger dan yang juga ada film dokumenternya, dengan judul The New Rulers of the World, antara lain, dikatakan: “Dalam dunia ini, yang tidak dilihat oleh bagian terbesar dari kami yang hidup di belahan utara dunia, cara perampokan yang canggih telah memaksa lebih dari sembilan puluh negara masuk ke dalam program penyesuaian struktural sejak tahun delapan puluhan, yang membuat kesenjangan antara kaya dan miskin semakin menjadi lebar”.
Ini terkenal dengan istilah nation building dangood governance oleh “empat serangkai” yang mendominasi World Trade Organisation (Amerika Serikat, Eropa, Canada, dan Jepang), dan triumvirat Washington (Bank Dunia, IMF, dan Departemen Keuangan AS). Mereka mengendalikan setiap aspek detail dari kebijakan pemerintah di negara-negara berkembang. Kekuasaan mereka diperoleh dari utang yang belum terbayar, yang memaksa negara-negara termiskin membayar USD 100 juta per hari kepada para kreditor Barat. Akibatnya adalah sebuah dunia yang elitenya –dengan jumlah lebih sedikit dari satu miliar orang- menguasai 80 persen kekayaan seluruh umat manusia.”

Confessions of an Economic Hit Man

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Confessions of an Economic Hit Man
Confessions of An Economic Hitman Cover.jpg
PENGARANGJohn Perkins
PENERBITBerrett-Koehler Publishers
TANGGAL RILIS2004
HALAMAN250p
ISBN0-452-28708-1
NOMOR OCLC55138900
Confessions of an Economic Hit Man adalah buku yang ditulis oleh John Perkins dan diterbitkan pada tahun 2004. Buku ini berisi catatan Perkins mengenai kariernya sebagai “perusak ekonomi” (economic hitman).
John Perkins was formerly Chief Economist at a major international consulting firm where he advised the World Bank, United Nations, the IMF, U.S. Treasury Department, Fortune 500 corporations, and governments in Africa, Asia, Latin America, and the Middle East. Since then, his books on economics, geo-politics, and indigenous cultures have sold more than 1 million copies. He is a founder and board member of Dream Change and The Pachamama Alliance, nonprofits devoted to establishing a world our children will want to inherit. You can find out more about John Perkins at his website, www.johnperkins.org
Menurutnya, ia telah menulis buku ini sejak tahun 1980-an, tetapi “ancaman atau suapan seringkali membuatku berhenti.”
Menurut bukunya, tugas Perkins adalah meyakinkan pemimpin politik dan finansial negara berkembang untuk berutang besar dengan institusi seperti Bank Dunia dan USAID. Setelah tidak bisa membayar, negara tersebut dipaksa tunduk terhadap tekanan politik dariAmerika Serikat mengenai berbagai masalah. Perkins menyatakan bahwa negara-negara berkembang dinetralkan secara politik, lalu jurang antara orang kaya dengan miskin diperlebar, dan ekonomi negara-negara tersebut dirusak untuk jangka panjang.

Pranala luar

Itu ditulis oleh John Pilger, seorang wartawan Australia yang bermukim di London, yang tidak saya kenal. Antara John Pilger dan saya, tidak pernah ada komunikasi. Namun, ada beberapa kata yang saya rasakan berlaku untuk bangsa Indonesia dan yang relevan dengan yang baru saya kemukakan. Kalimat John Pilger itu begini: “Their power derives largely from an un-repayable debt that forces the poorest countries…” dan seterusnya. Dalam hal Indonesia, keuangan negara sudah bangkrut pada 1967. Paling tidak, demikianlah yang digambarkan oleh para teknokrat ekonom Orde Baru yang dipercaya oleh Presiden Soeharto untuk memegang tampuk pimpinan dalam bidang perekonomian. Maka, dalam buku John Pilger tersebut, antara lain, juga dikemukakan sebagai berikut:
(Saya kutip halaman 37) “Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya ’hadiah terbesar’, hasil tangkapannya dibagi. The Time-Life Corporation mensponsori konferensi istimewa di Jenewa yang dalam waktu tiga hari merancang pengambilalihan Indonesia. Para pesertanya meliputi para kapitalis yang paling berkuasa di dunia, orang-orang seperti David Rockefeller. Semua raksasa korporasi Barat diwakili: perusahaan-perusahaan minyak dan bank, General Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland, British American Tobacco, American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper Corporation, US Steel. Di seberang meja adalah orang-orangnya Soeharto yang oleh Rockefeller disebut “ekonom-ekonoom Indonesia yang top”.
“Di Jenewa, Tim Indonesia terkenal dengan sebutan ’the Berkeley Mafia’ (kebanyakan dosen UI), karena beberapa di antaranya pernah menikmati beasiswa dari pemerintah Amerika Serikat untuk belajar di Universitas California di Berkeley. Mereka datang sebagai peminta-minta yang menyuarakan hal-hal yang diinginkan oleh para majikan yang hadir. Menyodorkan butir-butir yang dijual dari negara dan bangsanya, mereka menawarkan : … buruh murah yang melimpah… cadangan besar dari sumber daya alam … pasar yang besar.” Di halaman 39 ditulis: “Pada hari kedua, ekonomi Indonesia telah dibagi, sektor demi sektor. ’Ini dilakukan dengan cara yang spektakuler’ kata Jeffry Winters, guru besar pada Northwestern University, Chicago, yang dengan mahasiwanya yang sedang bekerja untuk gelar doktornya, Brad Sampson, telah mempelajari dokumen-dokumen konferensi. ’Mereka membaginya ke dalam lima seksi: pertambangan di satu kamar, jasa-jasa di kamar lain, industri ringan di kamar lain, perbankan dan keuangan di kamar lain lagi; yang dilakukan oleh Chase Manhattan duduk dengan sebuah delegasi yang mendiktekan kebijakan-kebijakan yang dapat diterima oleh mereka dan para investor lainnya. Kita saksikan para pemimpin korporasi besar ini berkeliling dari satu meja ke meja yang lain, mengatakan: ini yang kami inginkan: ini, ini, dan ini, dan mereka pada dasarnya merancang infrastruktur hukum untuk berinvestasi di Indonesia.
Saya tidak pernah mendengar situasi seperti itu sebelumnya, di mana modal global duduk dengan para wakil dari negara yang diasumsikan sebagai negara berdaulat dan merancang persyaratan buat masuknya investasi mereka ke dalam negaranya sendiri.
Freeport mendapatkan bukit (mountain) dengan tembaga di Papua Barat (Henry Kissinger duduk dalam board). Sebuah konsorsium Eropa mendapat nikel Papua Barat. Sang raksasa Alcoa mendapat bagian terbesar dari bauksit Indonesia. Sekelompok perusahaan-perusahaan Amerika, Jepang, dan Prancis mendapat hutan-hutan tropis di Sumatera, Papua Barat, dan Kalimantan. Sebuah undang-undang tentang penanaman modal asing yang dengan buru-buru disodorkan kepada Soeharto membuat perampokan ini bebas pajak untuk lima tahun lamanya. Nyata dan secara rahasia, kendali ekonomi Indonesia pergi ke Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI), yang anggota-anggota intinya adalah Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia dan, yang terpenting, Dana Moneter Internasional IMF) dan Bank Dunia.” Sekali lagi, semuanya itu tadi kalimat-kalimatnya John Pilger yang tidak saya kenal.
Kalau kita percaya John Pilger, Brad Sampson, dan Jeffry Winters, sejak 1967 Indonesia sudah mulai dihabisi (plundered) dengan tuntunan oleh para elite bangsa Indonesia sendiri yang ketika itu berkuasa.
Sejak itu, Indonesia dikepung oleh kekuatan Barat yang terorganisasi dengan sangat rapih. Instrumen utamanya adalah pemberian utang terus-menerus sehingga utang luar negeri semakin lama semakin besar. Dengan sendirinya, beban pembayaran cicilan utang pokok dan bunganya semakin lama semakin berat. Kita menjadi semakin tergantung pada utang luar negeri. Ketergantungan inilah yang dijadikan leverage atau kekuatan untuk mendikte semua kebijakan pemerintah Indonesia. Tidak saja dalam bentuk ekonomi dan keuangan, tetapi jauh lebih luas dari itu. Utang luar negeri kepada Indonesia diberikan secara sistematis, berkesinambungan, dan terorganisasi secara sangat rapi dengan sikap yang keras serta persyaratan-persyaratan yang berat. Sebagai negara pemberi utang, mereka tidak sendiri-sendiri, tetapi menyatukan diri dalam organisasi yang disebut CGI.
Negara-negara yang sama sebagai pemberi penundaan pembayaran cicilan utang pokok dan bunganya yang jatuh tempo menyatukan diri dalam organisasi yang bernama Paris Club. Pemerintah Indonesia ditekan oleh semua kreditor yang memberikan pinjaman kepada swasta Indonesia supaya pemerintah menekan para kreditor swasta itu membayar tepat waktu dalam satu klub lagi yang bernama London Club. Secara kolektif, tanpa dapat dikenali negara per negara, utang diberikan oleh lembaga multilateral yang bernama Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia. Pengatur dan pemimpin kesemuanya itu adalah IMF. Jadi, kesemuanya itu tidak ada bedanya dengan kartel internasional yang sudah berhasil membuat Indonesia sebagai pengutang yang terseok-seok.
Sejak itu, utang diberikan terus sampai hari ini. Dalam krisis di tahun 1997, Indonesia sebagai anggota IMF menggunakan haknya untuk memperoleh bantuan. Ternyata, ada aturan ketat untuk bantuan itu. Bantuan uang tidak ada, hanya dapat dipakai dengan persyaratan yang dibuat demikian rupa, sehingga praktis tidak akan pernah terpakai. Dengan dipegangnya pinjaman dari IMF sebagai show case, IMF mendikte kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia, yang dengan segala senang hati dipenuhi oleh para menteri ekonomi Indonesia, karena mereka orang-orang pilihan yang dijadikan kroni dan kompradornya.
Maka, dalam ikatan EFF itulah, pemerintah dipaksa menerbitan surat utang dalam jumlah Rp 430 triliun untuk mem-bail out para pemilik bank yang menggelapkan uang masyarakat yang dipercayakan pada bank-bank mereka. Mereka tidak dihukum, sebaliknya justru dibuatkan perjanjian perdata bernama MSAA yang harus dapat meniadakan pelanggaran pidana menurut undang-undang perbankan. Dalam perjanjian perdata itu, asalkan penggelap uang rakyat yang diganti oleh pemerintah itu dapat mengembalikan dalam bentuk aset yang nilainya sekitar 15 persen, dianggap masalahnya sudah selesai, diberikan release and discharge.
Lima tahun lamanya, yaitu untuk tahun 1999 sampai dengan tahun 2003, pembayaran utang luar negeri yang sudah jatuh tempo ditunda. Namun, mulai tahun 2004, utang yang jatuh tempo beserta bunganya harus dibayar sepenuhnya. Pertimbangannya tidak karena keuangan negara sudah lebih kuat, tetapi karena sudah tidak lagi menjalankan program IMF dalam bentuk yang paling keras dan ketat, yaitu EFF atau LoI.
Setelah keuangan negara dibuat bangkrut, Indonesia diberi pinjaman yang tidak boleh dipakai sebelum cadangan devisanya sendiri habis total. Pinjaman diberikan setiap pemerintah menyelesaikan program yang didiktekan oleh IMF dalam bentuk LoI demi LoI. Kalau setiap pelaksanaan LoI dinilai baik, pinjaman sebesar rata-rata USD 400 juta diberikan. Pinjaman ini menumpuk sampai jumlah USD 9 miliar, tiga kali lipat melampaui kuota Indonesia sebesar USD 3 miliar. Karena saldo pinjaman dari IMF melampaui kuota, Indonesia dikenai program pemandoran yang dinamakan Post Program Monitoring.
Mengapa Indonesia tidak mengembalikan saja yang USD 6 miliar supaya saldo menjadi USD 3 miliar sesuai kuota agar terlepas dari post program monitoring. Berkali-kali saya mengusulkan dalam sidang kabinet agar seluruh saldo utang sebesar USD 9 miliar dikembalikan. Alasannya, kita harus membayar, sedangkan uang ini tidak boleh dipakai sebelum cadangan devisa milik sendiri habis total. Cadangan devisa kita ketika itu sudah mencapai USD 25 miliar, sedangkan selama Orde Baru hanya sekitar USD 14 miliar. Yang USD 9 miliar itu harus dicicil sesuai jadwal yang ditentukan oleh IMF. Skemanya diatur sedemikian rupa sehingga pada akhir 2007 saldonya tinggal USD 3 miliar. Ketika itulah, baru program pemandoran dilepas. Alasannya kalau yang USD 9 miliar dibayarkan sekarang, cadangan devisa kita akan merosot dari USD 34 miliar menjadi USD 25 miliar. Saya mengatakan, kalau yang USD 9 miliar dibayarkan, cadangan devisa kita meningkat dari USD 14 miliar menjadi USD 25 miliar. Toh pendapat saya dianggap angin lalu sampai hari ini.
Mari sekarang kita bayangkan, seandainya cadangan devisa kita habis pada akhir 2007. Ketika itu, utang dari IMF tinggal USD 3 miliar sesuai kuota. Barulah ketika itu utang dari IMF boleh dipakai. Olehnya secara implisit dianggap bahwa ini lebih kredibel, yaitu mengumumkan bahwa cadangan devisa tinggal USD 3 miliar yang berasal dari utang IMF. Kalau seluruh utang yang USD 9 miliar dibayar kembali karena sudah mempunyai cadangan devisa sendiri sebesar USD 25 miliar dikatakan bahwa Indonesia tidak akan kredibel karena cadangan devisa merosot dari USD 34 miliar menjadi USD 25 miliar.
Jelas sekali sangat tidak logisnya kita dipaksa untuk memegang utang dari IMF dengan pengenaan bunga yang tinggi, sekitar 4 persen setahun, tanpa boleh dipakai. Jelas sekali bahwa Indonesia dipaksa berutang yang jumlahnya melampaui kuota yang sama sekali tidak kita butuhkan. Tujuannya hanya supaya Indonesia dikenai pemandoran yang bernama post program monitoring. Jelas ini hanya mungkin dengan dukungan dan kerja sama dari kroni-kroninya Kartel IMF.
Mengapa kami dan teman-teman yang sepikiran dan sepaham dikalahkan terus-menerus? Mengapa pikiran yang tidak masuk akal seabsurd itu dipertahankan? Sebab, para menteri ekonomi yang ada dalam kabinet dan otoritas moneter sedikit pun tidak menanggapinya. Memberikan komentar pun tidak mau. Mengapa? Sebab, perang modern yang menggunakan seluruh sektor ekonomi sebagai senjata, terutama sektor moneternya, membutuhkan kroni atau komprador bangsa Indonesia sendiri yang mutlak mengabdi pada kepentingan agresor.
Kalau kita percaya pada Brad Sampson, Jeffrey Winters, dan John Pilger, dan kita perhatikan serta ikuti terus sikap satu kelompok tertentu, kiranya jelas bahwa kelompok pakar ekonomi yang dijuluki “the Berkeley Mafia” adalah kelompok kroni dalam bidang ekonomi dan keuangan. Lahirnya kelompok tersebut telah dikemukakan dalam studi Brad Sampson yang tadi saya kutip. Pengamatan saya sendiri juga membenarkan bahwa kelompok itu menempatkan dan memfungsikan diri sebagai kroni kekuatan asing.
Yang paling akhir menjadi kontroversi adalah sikap beberapa menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu terhadap uluran tangan spontan dari beberapa kepala pemerintahan beberapa negara Eropa penting berkenaan dengan bencana tsunami. Baru kemarin media massa penuh dengan komentar minor mengapa tim ekonomi pemerintah utang lagi dalam jumlah besar sehingga jumlah stok utang luar negeri keseluruhannya bertambah? Ini sangat bertentangan dengan yang dikatakan selama kampanye presiden dan juga dikatakan oleh para menteri ekonomi sendiri bahwa stok utang akan dikurangi. Berdasar pengalaman, saya yakin bahwa kartel IMF yang memaksa kita berutang dalam jumlah besar supaya dapat membayar utang yang jatuh tempo. Buat mereka, yang terpenting memperoleh pendapatan bunga dan mengendalikan Indonesia dengan menggunakan utang luar negeri yang sulit dibayar kembali. [KKG]
Mafia Berkeley
Mafia Berkeley adalah Organisasi Tanpa Bentuk (OTB). Mereka mempunyai atau menciptakan keturunan-keturunan. Para pendirinya memang sudah sepuh, yaitu Prof Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Emil Salim, Soebroto, Moh. Sadli, J.B. Soemarlin, Adrianus Mooy, dan masih sangat banyak lagi. Yang sekarang dominan adalah Sri Mulyani, Moh. Ikhsan, Chatib Basri, dan masih banyak lagi. Mereka tersebar pada seluruh departemen dan menduduki jabatan eselon I dan II, sampai kepala biro.
Ciri kelompok itu ialah masuk ke dalam kabinet tanpa peduli siapa presidennya. Mereka mendesakkan diri dengan bantuan kekuatan agresor. Kalau kita ingat, sejak akhir era Orde Lama, Emil Salim sudah anggota penting dari KOTOE dan Widjojo Nitisastro sudah sekretaris Perdana Menteri Djuanda. Widjojo akhirnya menjabat sebagai ketua Bappenas dan bermarkas di sana. Setelah itu, presiden berganti beberapa kali. Yang “kecolongan” tidak masuk ke dalam kabinet adalah ketika Gus Dur menjadi presiden. Namun, begitu mereka mengetahui, mereka tidak terima. Mereka mendesak supaya Gus Dur membentuk Dewan Ekonomi Nasional. Seperti kita ketahui, ketuanya adalah Emil Salim dan sekretarisnya Sri Mulyani.
Mereka berhasil mempengaruhi atau “memaksa” Gus Dur bahwa mereka diperbolehkan hadir dalam setiap rapat koordinasi bidang ekuin. Tidak puas lagi, mereka berhasil membentuk Tim Asistensi pada Menko Ekuin yang terdiri atas dua orang saja, yaitu Widjojo Nitisastro dan Sri Mulyani. Dipaksakan bahwa mereka harus ikut mendampingi Menko Ekuin dan menteri keuangan dalam perundingan Paris Club pada 12 April 2000, walaupun mereka sama sekali di luar struktur dan sama sekali tidak dibutuhkan. Mereka membentuk opini publik bahwa ekonomi akan porak-poranda di bawah kendali tim ekonomi yang ada. Padahal, kinerja tim ekonomi di tahun 2000 tidak jelek kalau kita pelajari statistiknya sekarang.
Yang mengejutkan adalah Presiden Megawati yang mengangkat Boediono sebagai menteri keuangan dan Dorodjatun sebagai Menko Perekonomian. Aliran pikir dan sikap Laksamana Sukardi sangat jelas sama dengan Berkeley Mafia, walaupun dia bukan anggotanya. Ada penjelasan tersendiri tentang hal ini. Presiden SBY sudah mengetahui semuanya. Toh tidak dapat menolak dimasukkannya ke dalam kabinet tokoh-tokoh Berkeley Mafia seperti Sri Mulyani, Jusuf Anwar, dan Mari Elka Pangestu, seperti yang telah disinaylir oleh beberapa media massa.
Peranan UI dalam Konspirasi Destruktif
Setelah dr. Mahar Marjono sukses mengemban tugas Soeharto dalam “mempersingkat” hidup Bung Karno (meninggal pada usia sekitar 66 th.), maka Mahar Marjono diangkat menjadi Rektor UI. Dengan ini, maka konspirasi tiga serangkai: USA-Militer-UI mulai terjadi. Untuk menguasai SDM top Indonesia, maka dibentuklah Mafia Berkeley (yang sipil, yang notabene para oknum akademisi UI) dan mafia West Point (yang militer, yang notabene para oknum petinggi TNI AD/Polisi). Sejarah dan pendidikan Indonesia mengalami kegelapan di saat Rektor UI dijabat oleh jendral TNI AD yaitu Nugroho Notosusanto. Hari lahir Pancasila diabaikan, sejarah nasional dijungkir balikan: nama-nama jalan besar di seluruh kota besar di Indonesia harus memakai nama jendral AD (Yani, Tendean, dst), peran BK diminimalkan, peran militer di blow up, peran inteligensia/kecerdasan disempitkan, dan wawasan almamater (pembungkaman kampus) dilaksanakan. Para pelacur intelektual UI sungguh banyak, mereka ini telah ikut serta menenggelamkan Indonesia, sudah saatnya mereka mengalami hukuman sosial dengan membeberkan dosa-dosa terselubung mereka! Prof. Ismail Suni, Yusril, Jimmly Asidiqi, Miranda Gultom, Anwar Nasution, Nazarudin, dst., adalah termasuk para konspiran. Pada umumnya, mereka ditokohkan terlebih dahulu melalui televisi sebagai intelektual yang kritis (politik kambing putih) –kemudian setelah beberapa bulan dan telah mempunyai reputasi nasional, maka mereka diselundupkan/disusupkan dan diangkat menjadi pejabat penting regim ORBA (dan bablasannya) dalam pemerintahan (eselon 1, 2, atau menteri). Konspirasi destruktip USA-Militer-UI yang berhasil menusuk Bung Karno dari belakang (kudeta yang merangkak) menjadikan Indonesia hingga kini terjebak dalam berbagai krisis dan sulit kembali menjadi bangsa yang sehat sehat.
Dalam perkembangannya, Soeharto dan regim penerusnya tidak hanya menggunakan UI, melainkan juga memanfaatkan para pelacur intelektual dari: ITB, UGM dan IPB. Seperti diketahui, UI, ITB, IPB, dan UGM adalah institusi perguruan tinggi negeri (PTN) tertua dan terbesar di Indonesia. Jadi, mereka adalah pencetak para PNS (Pegawai Negeri sipil) terbanyak, tersenior dan terbesar di Indonesia, dan alumni mereka menduduki jabatan tertinggi di pemerintahan; dari pegawai menengah (IIIA), eselon dua, eselon satu, dan menteri. Sayang sekali, masyarakat telah memahami adanya istilah korupsi berjamaah dan birokrasi keranjang sampah –ini ibarat mengatakan bahwa keempat PTN itu adalah produsen koruptor dan birokrat keranjang sampah terbesar didunia (ingat prestasi KKN kita selalu nomor satu atau tiga besar)! Melihat, memahami, dan mengalami sendiri berbagai krisis di Indonesia, sudah sepatutnya kalau kita tidak perlu mensyukuri kehadiran ITB, UI, UGM, dan IPB, mereka tidak membawa berkah dan rahmat ke masyarakat; atau justru sebaliknya, kita harus merasa prihatin atas moral hazard dan tingkat kecerdasan mereka, mereka yang dianggap kelompok terpandai di Indonesia ternyata tidak pernah bisa membawa Indonesia ke bangsa yang mandiri, sejahtera, adil, berwibawa, dan berkepribadian! Ternyata mereka, kalau diijinkan pembaca, boleh diibaratkan dan boleh disebut sekedar sampah masyarakat yang terhormat (sampah berdasi) dan sekedar alat politisi busuk atau alat negara asing dalam membodohi bangsanya sendiri!
Mari Mewaspadai Mass Media Terutama TV
Regim ORBA (dan bablasannya) menguasai hampir 75% mass media di Indonesia –maka mereka dengan mudah menyusupkan manusia-manusianya melalui politik “kambing putih”; dan sebaliknya melakukan character assasination/kambing hitam bagi musuh-musuh politiknya! Seringkali mereka cukup memberi gaji tambahan bulanan bagi para kuli tinta, tanpa harus mendirikan mass media corpooration, sungguh jeli dan licik! Dengan menguasai mass media (media massa), maka mereka dapat membentuk mind set (pola pikir) bangsa Indonesia sesuai kehendak mereka. Kambing Putih adalah strategi memberikan gelar yang hebat agar didengar masyarakat dan untuk mendongkrak dan menjadikan level nasional, contoh politik kambing putih adalah:
– Prof. Sumitro (besan Soeharto): digelari Begawan Ekonomi, padahal anak-anaknya terlibat maha kejahatan (Prabowo Subianto: Pembantaian Cina Mei 98, dan Sudrajat J. dan Hasyim Djojohadikusumo: kasus BLBI, dan seterusnya), jadi mestinya begawan Durna (karena suka menipu Pendawa, muridnya sendiri!). Dijaman beliau, ekonomi kita mulai dijajah Barat!
– Marie Muhammad: digelari Mister Clean, padahal saat beliaulah terjadi kasus BLBI, jadi semestinya Mister berlepotan saja!
– Zainudin MZ: digelari Dai Sejuta Umat, padahal dai politik untuk menggaet suara pemilih! Semestinya digelari dai sejuta dollar, atas upahnya menipu umat Islam melalui politisasi agama!
– Tanri Abeng: digelari Manajer Satu Milyar, padahal dipakai untuk menghisap BUMN! Semestinya manajer sejuta kasus, atas upahnya membuat BUMN menjadi sapi perah politisi, petinggi militer dan polri!
– Prof. Yuwono Sudarsono: penjaga setia dominasi Militer atas Sipil dan dwi fungsi ABRI, maka ia diselundupkan ke LEMHANAS (alat intelektual militer) dan kemudian menjabat MENHAN. Bagaimana para petinggi militer tidak pakar dalam politik kalau pekerjaan utamanya beralih ke politik (sehingga tugas utamanya terbengkelai, apalagi juga pelaku bisnis ilegal) yang menghasilkan account di bank menjadi ukuran XL (puluhan milyar rupiah), yang semestinya ukuran S (small) mengingat gaji pegawai negeri itu rendah sekali. Sementara itu, sipil, yang digaji rendah sehingga sulit fokus pada bidangnya, yang berusaha menguasai perpolitikan dengan baik dan etis selalu mereka ganggu dan gagalkan upayanya untuk mendominasi kancah perpolitikan nasional!
– Prof. Nazarudin Syamsudin dkk.: diselundupkan ke KPU untuk menjaga PEMILU agar regim ORBA selalu menang atau minimal termasuk tiga besar.
– Saat menjelang reformasi: Sri Mulyani dan Anwar Nasution (dosen UI) di “roketkan”, seolah-olah mereka kritis terhadap regim ORBA, padahal mereka diselundupkan demi mengamankan sisa hari Tua regim Soeharto/ORBA dari jamahan hukum dibidang Keuangan dan demi dominasi asing!
– Puncak politik kambing putih dan strategi penyelundupan adalah Amien Rais! Beliau digelari tokoh/pelopor reformasi, padahal beliau diselundupkan untuk membelokan reformasi dan menyelamatkan regim ORBA!
(Sampai dengan sekarang, politik kambing putih terus dilaksanakan) Saat ini kedudukan politik regim ORBA dan bablasannya amat sangat kuat, lihatlah posisi: Yusril Ihza Mahendra (kesayangan Soeharto) menjadi Setneg (powerful sekali dalam memfilter informasi ke presiden SBY); Miranda Gultom (kepala BI) dan Anwar Nasution (ketua BPK): untuk melindungi ORBA dari segi keuangan atas kasus BLBI, dan kasus besar lainnya (terutama di BUMN), agar sulit terungkap, padahal mengungkap KKN itu mudah sekali, cukup mempelajari histori rekening para pejabat dan tersangka secara mendalam dan tuntas, nah di sinilah faktor keamanan regim Soeharto terjamin oleh Miranda Gultom dan Anwar Nasution; Jimmly Asshidiqi (ketua MK): untuk melindungi ORBA dari segi hukum, agar berbagai kasus pelanggaran HAM berat sulit terungkap; dan seterusnya …masih banyak sekali. Mereka ini, pelacur intelektual sekaligus akademisi selebritis dari UI, selalu dikonotasikan pandai dan bersih dalam mass media, padahal sebaliknya!
Saat reformasi (1998) papan tulisan di Kampus UI Salemba yang berjudul: KAMPUS PERJUANGAN ORDE BARU ditutup kain hitam, tanda malu dan berkabung; mungkin sekarang sudah dibuka lagi dan ditulis ulang sebagai: “KAMPUS PERJUANGAN ORDE BARU DAN BABLASANNYA, MENERIMA ORDER PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT WALAU UNTUK MERUSAK BANGSA SENDIRI.”
Sebaliknya, Kambing Hitam adalah strategi memberikan gelar yang sangat negatif agar mereka tidak laku dimasyarakat (character assasination); contoh politik kambing hitam adalah: di PKI kan, dikonotasikan radikal (Munir, Ditasari, dst), dikonotasikan agen asing (Hendradi dan NGO/LSM yang baik dan bermoral).
Menonton TV (dan mendengarkan radio) di Indonesia harus waspada –sebab banyak skenario di belakangnya/terselubung; pada umumnya untuk membentuk opini yang pro Regim ORBA dan bablasannya. Semakin sering seorang cendekiawan/akademisi/pengamat muncul di TV, kita harus semakin waspada pada orang itu (alat Regim ORBA dan bablasannya dan moralitasnya perlu diragukan)! Sebaliknya, semakin jarang, semakin dapat dipercaya ke-idealismeannya! Sebagai contoh: pernah terjadi dialog yang sangat menggelikan, WS Rendra tidak bisa dikontrol pembicaraannya oleh Salim Said (pengamat militer, alat ORBA) dan Anhar Gonggong (pengamat sejarah, alat ORBA); WS Rendra terus nerocos membahas rusaknya kebudayaan kita akibat ORBA! Sejak saat itu, WS Rendra tidak pernah muncul lagi di dialog Televisi! Jangan harap kita disuguhi dialog yang sering dengan orang yang bermoral baik dan idealis seperti: Kwik Kian Gie, Mochtar Pabotinggi, Hendradi, Teten Masduki/tokoh ICW, Dita Sari, Wardah Hafidz/ketua UPC, Munir, Jeffry Winters, Faisal Basri, dst. Seandainya mereka muncul, slot waktunya paling hanya singkat dan amat jarang; mereka dimunculkan kadang-kadang saja hanya untuk sekedar mengelabui bahwa stasiun TV tersrbut adalah netral, padahal tidak! Sebaliknya para pengamat/akademisi yang akan dikambing-putihkan akan sering ditampilkan di semua mass media (media massa) terutama televisi dan radio RRI. Jadi proses kelicikan politisi ORBA/Militer adalah:
– pengkambing putihan, sampai tokoh itu menjadi tokoh nasional, biasanya diberi gelaran khusus, misal: dai sejuta umat, begawan ekonomi, mister clean, manajer satu milyar, dst.
– Seteleh menjadi tokoh nasional lalu dilakukan pengangkatan ybs. menjadi pejabat eselon tinggi termasuk menteri dan satffnya.
Namun apa arti seseorang seandainya ia benar-benar bersih bagi lingkungan yang amat kotor? Apa arti Kwik Kian Gie di Bappenas? Dapatkah seorang mengalahkan banyak oknum saat rapat Bappenas? Apa arti seorang Baharudin Lopa bagi Mahkamah Agung? Dapatkah ia sendirian mengalahkan para oknum saat rapat? Dst., dst. Itulah gaya Orde Baru, untuk menenangkan massa, diangkat cukup satu orang saja (biasanya yang sudah dikambing-putihkan) sebagai “pembersih” suatu departemen yang sudah demikian bobrok. Apakah mungkin? Semestinya kalau mau membersihkan sesuatu yang maha-rusak dan mahabesar organisasinya, yang diganti paling tidak 30% pejabat kuncinya –termasuk sistemnya dirombak, tidak hanya menyelundupkan seorang saja! Sungguh pembodohan bangsa yang luar biasa.
Pesan Penutup
Dengan keterlibatan USA dalam kupdeta 1965, semestinya para korban PKI mempunyai alat jitu dengan membuat masalah ini menjadi masalah internasional dengan strategi tidak hanya menuntut regim militer Soehato, melainkan juga menuntut USA! Tentu saja dengan melibatkan NGO level internasional; sayang sekali nalar para korban 1965 belum sampai kesitu! Dengan internasionalisasi masalah HAM berat, maka kans untuk membawa yang bersangkutan ke kebenaran dan keadilan akan mudah terlaksana! Karena visi/misi para konspirator/mafia 1965 (yang saat ini banyak yang sudah berusia diatas 60 tahun) adalah: ”Jangan berani mengungkit masa lampau kami dan hormati kami s/d kami meninggal. Setelah kami meninggal silahkan buka borok-borok kami dan luruskan sejarahmu. Kalau kami masih hidup, jangan sekali-kali kau berani melakukannya, atau negara ini akan kami obok-obok sampai manusianya mabok. Hanya dengan bunga uang kami (hasil curian/merampok) yang disimpan di luar negeri, kiranya sudah cukup untuk mengobok-obok Indonesia! Ketahuilah dengan samar-samar bahwa TNI AD, Kepolisian, Badan Intelijen dan Lembaga Peradilan masih dalam cengkeraman kami. Selain itu, telah kami tempatkan penjaga setia kami yaitu para pakar/pelacur intelektual di posisi yang strategis!” Memahami misi mereka, maka upaya membawa mereka ke justice –ke pengadilan, kalau hanya level dalam negeri, hanya akan sia-sia saja! Demikian pula dengan kasus pelanggaran HAM dan KKN berat yang lain!
Sebagai penutup, tulisan di atas diambil dari artikel karangan Kwik Kian Gie di Jawa Pos, edisi pertengahan Agustus 2005, dengan sedikit tambahan. Bila Anda merasa artikel ini bagus dan bermanfaat untuk mencerdaskan kebudayaan bangsa Indonesia, maka mohon diteruskan ke seluruh penjuru Indonesia dan dunia. Penulis juga berharap agar tulisan ini jatuh ke tangan para dosen dan mahasiswa aktivis di ITB, UI, UGM, ITS, UNAIR, UNDIP, UNIBRAW, UNPAD dan IPB, dengan maksud agar mereka menyadari/memahami bahwa banyak dosen mereka yang menjadi oknum kelas berat (level nasional atau bahkan internasional) dan yang sepantasnya dijadikan musuh bangsa! Dan bagi Anda yang mempunyai: inteligensi, idealisme, moral, dan etika yang baik, keprihatinan akan krisis di Indonesia, serta kemampuan menulis, kami menghimbau Anda untuk menulis di Internet yang bebas, kritis, lugas dan pembacanya mencapai seluruh dunia! Selamat berkarya.
Sumber:
Link Terkait: